Seorang Wanita dan Tukang Besi

Diposting oleh Keyta Mihero on Selasa, 13 November 2012



Ketika si tukang besi sedang sibuk di rumahnya melepas lelah setelah seharian bekerja, tiba-tiba terdengar pintu rumahnya diketuk orang. Si tukang besi keluar untuk melihatnya, seketika pandangannya tertuju pada satu sosok wanita cantik yang tak lain adalah tetangganya.

"Saudaraku, aku menderita kelaparan. Jika bukan karena tuntutan agamaku yang menyuruh untuk memelihara jiwa (hifdz al-Nafs), aku tidak akan datang ke rumahmu. Maukah engkau memberikan makanan kepadaku karena Allah?" tutur wanita itu. Ketika itu, memang tengah datang musim paceklik, sawah dan ladang mengering, tanah pecah berbongkah-bongkah, padang rumput menjadi tandus hingga hewan ternak menjadi kurus dan akhirnya mati. Makanan menjadi langka, maka tak pelak kelaparan melanda sebagian besar penduduk desa itu. Hanya sebagian kecil yang masih bisa bertahan, termasuk si tukang besi.

"Tidakkah engkau tahu bahwa aku mencintaimu? Akan kuberi engkau makanan, tetapi engkau harus melayaniku semalam," kata si tukang besi itu. Si tukang besi memang jatuh hati kepada tetangganya itu. Dia merayunya dengan berbagai cara dan taktik, namun tak juga berhasil meluluhkan hati wanita itu. 
"Lebih baik mati kelaparan daripada durhaka kepada Allah," ujar wanita itu lagi, sambil berlalu menuju rumahnya.

Setelah dua hari berlalu, wanita itu kembali mendatangi rumah si tukang besi dan mengatakan hal yang sama. Demikian juga jawaban si tukang besi , ia akan memberikan makanan asalkan wanita itu mau menyerahkan dirinya. Mendengar jawaban yang sama, wanita itupun kembali ke rumahnya.

Dua hari kemudian, wwanita itu datang lagi ke rumah si tukang besi dalam keadaan payah. Suaranya parau, matanya sayu, dan punggungnya membungkuk menahan lapar yang tiada tara. Ia kembali mengatakan hal serupa, begitu pila jawaban si tukang besi, sama dengan yang sudah-sudah.

Wanita itu kembali ke rumah dengan tangan kosong untuk kali ke tiga. Ketika itulah, Allah memberikan hidayah-Nya kepada si tukang besi. 
"Sungguh celaka aku ini, seorang wanita mulia datang kepadaku, dan aku terus berlaku dzalim kepadanya," tutur tukang besi dalam hatinya.

"Ya Allah, aku bertaubat kepada-Mu dari perbuatanku dan aku tidak akan menggangu wanita itu lagi selamanya". Si tukang besi itu bergegas mengambil makanan dan pergi ke rumah wanita itu. Diketuknya pintu rumah wanita itu, tak lama berselang terlihat pintu terbuka dan munculah sesosok wanita yang nampak kuyu. Melihat si tukang besi berdiri di depan pintu rumahnya, wanita itu bertanya, "Apa keperluanmu datang ke rumahku?".

"Aku bermaksud mengantarkan sedikit makanan yang aku punya. Jangan khawatir, aku memberinya karena Allah," jawab si tukang besi itu. 
"Ya Allah, jika benar apa yang dikatakannya, maka haramkanlah iya dari api di dunia dan akhirat," tutur wanita itu seraya menengadahkan kedua tangannya ke langit.

Si tukang besi itu pulang ke rumahnya. Ia memasak makanan yang tersisia buat dirinya. Tiba-tiba, tanpa sengaja bara api mengenai kakinya, namun kaki si tukang besi itu tidak terbakar. Bergegas ia menemui wanita itu lagi, "Wanita yang mulia, Allah telah mengabulkan do'amu," ujar si tukang besi. Seketika itu, wanita itu sujud syukur kepada Allah.

"Ya Allah, Engkau telah mewujudkan do'aku, maka cabutlah nyawaku saat ini juga", terdengar suara lirih dari wanita itu dalam sujudnya. Allah kembali mendengar do'anya. Wanita itupun berpulang ke Rahmatullah dalam keadaan sujud. 

Demikianlah kisah seorang wanita yang menjaga kehormatannya meskipun harus menahan lapar yang tiada tara. 

Setiap muslimah mestinya dapat mengambil pelajaran berharga dari berbagai kisah wanita shalihah seperti yang telah diuraikan di atas. Merekalah yang mestinya dijadikan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari, bukan para artis yang menawarkan gaya hidup hedonisme dan materialisme.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Wallahuallam...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar