Harta yang Tak Terlihat

Diposting oleh Keyta Mihero on Selasa, 06 November 2012

Suatu ketika, seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya, betapa orang-orang bisa menjadi sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah kampung pertanian yang sangat miskin.

Pada perjalanan pulang, sang ayah bertanya kepada anaknya.

"Bagaimana perjalanan kali ini anakku?"

"Sangat luar biasa ayah." jawab si anak.

"Kamu lihat kan? betapa manusia bisa menjadi sangat miskin?" sambung sang ayah.

"Ya ayah, aku sekarang sudah tahu."

"Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?" sang ayah kembali bertanya dengan penuh rasa penasaran.

Kemudian si anak menjawab.

"Saya saksikan bahwa kita hanya punya satu penjaga dan mereka memiliki seluruh penghuni kampung untuk saling menjaga satu sama lain, kita punya kolam renang yang luasnya sampai setengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tiada batasnya. Kita mengimpor lentera-lentera yang ada di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari. Kita memiliki patio sampai ke halaman depan dan mereka memiliki cakrawala yang utuh. Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita, tapi mereka melayani sesamanya. Kita membeli untuk makanan kita dan mereka menumbuhkan sendiri. Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk melindungi."

Mendengar jawaban si anak, sang ayah tak dapat berbicara apa-apa.

Kemudian sang anak menambahkan, "Terima kasih ayah, engkau telah menunjukan betapa miskinnya kita."

Dari sedikit cerita di atas, kita sadar betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang kita tidak punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang, ternyata menjadi dambaan bagi orang lain.

Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang. Membuat kita bertanya, apakah yang akan terjadi jika kita bersyukur kepada Tuhan sebagai terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita, daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta lebih?.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar