Bahasa Jawa-pun Terancam Punah

Diposting oleh Keyta Mihero on Selasa, 23 Oktober 2012



Aku benar-benar penasaran, sebenarnya apa sih alasan para orang tua mengajari anak pakai bahasa Indonesia?
Jujur, pertanyaan itu selalu saja muncul di benakku saat melihat anak kecil belasan tahun bercengkerama dengan teman-teman sebayanya pakai bahasa Indonesia.
Apa karena bahasa Indonesia sekarang sudah begitu mendunia hingga para orang tua akan merasa bangga jika anaknya mahir berbahasa Indonesia? Kayaknya ngga tuh, setahuku bahasa Indonesia ngga mendunia blas.
Berarti, apa alasannya?
Jangan-jangan cuma pengin ngikutin trend? duh gusti...semoga saja bukan itu alasan mereka.
Jika trend satu-satunya alasan mereka, bersiap-siaplah menerima kenyataan bahwa kita adalah suku tanpa jati diri.
Saya berlebihan? 
Tidak juga.

Jati diri suatu suku salah satunya adalah bahasa. Orang akan tahu seseorang itu dari suku batak saat dia bilang "horas", orang akan tahu seseorang itu dari suku sunda saat dia bilang "naon", orang juga akan tahu seseorang itu dari suku jawa saat dia bilang "maturnuwun", dan banyak lagi contoh lainnya.
Dari contoh di atas, jelas sekali bahwa peran bahasa sangatlah penting.
Lalu apa jadinya jika anak-anak yang menguasai bahasa jawa sekarang sudah sangat minim?
Yang terjadi kemudian adalah, bahasa jawa punah. Mungkin kita generasi terakhir yang masih menggunakannya. 

Bahasa adalah salah satu warisan budaya yang tidak ternilai harganya. Anda ingat kasus klaim batik oleh negara tetangga Malaysia? Tindakan mereka (Malaysia) mungkin salah, tapi satu pelajaran penting yang bisa kita petik dari kasus ini, yaitu mereka menyadari betul bahwa warisan budaya adalah aset penting yang wajib dijaga kelestariannya.
Mereka saja sampe "ngiler" sama budaya kita, kenapa kita malah sante mente, cuek mbebek sama budaya sendiri khususnya bahasa?
Kenapa? (ingin rasanya pertanyaan ini aku tanyakan langsung kepada mereka yang "dengan bangganya" mengajari anak pakai bahasa Indonesia).
Apa ya susah banget ngucap bahasa jawa? apa ya malu banget kalau pakai bahasa jawa? apa ya takut banget dianggap ngga ngerti trend kalau ngajarin anak pakai bahasa jawa?
Kalau memang seperti itu kenyataannya, sebagai orang tua kita tidaklah bijak.
Kita secara sadar sudah mengabaikan kewajiban moral untuk ikut nguri-uri/melestarikan budaya sendiri, satu.
Kedua, secara tidak langsung kita sudah mengajari anak untuk tidak menghargai warisan budaya sendiri.

Tanpa bermaksud merendahkan bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lain di nusantara. Bahasa jawa dalam pandangan saya jauh lebih akrab, jauh lebih kaya akan kosakata, jauh lebih detil, jauh lebih santun, jauh lebih menghormati, jauh lebih mengenal etika, dan jauh lebih agung.

Di dalam bahasa jawa ada tiga tingkatan bahasa, yaitu jawa ngoko, madya, dan krama.
  1. Bahasa Jawa Ngoko
Lazim digunakan oleh mereka yang usianya sepadan. Kata-kata yang dipakai dalam bahasa jawa ngoko mencerminkan keakraban. Ada kesan dekat (tanpa jarak secara personal), dan rukun dari setiap tutur kata. Ini kenapa bahasa jawa saya anggap jauh lebih akrab.
Bahasa jawa ngoko sendiri masih dibagi menjadi dua tingkatan, ngoko Lugu dan ngoko alus. Dibaginya bahasa jawa dalam beberapa tingkat dan sub tingkat menjadi alasan saya menganggap  bahasa jawa jauh lebih detil.
     2. Bahasa Jawa Madya
Sesuai namanya, tingkatan madya adalah tingkatan menengah. Tidak halus tapi juga tidak kasar. Tetap mengandung nilai-nilai kesopanan. Banyak kata-kata di tingkat ngoko yang berbeda pengucapannya di tingkat madya, dan akan berbeda lagi di tengkat krama walaupun memiliki arti yang sama. Ini dimaksudkan untuk lebih menghormati lawan bicara, karena lawan bicara bukan lagi usia sepadan, ada perbedaan pemakaian kata untuk menunjukan sopan santun. Ini menunjukan kalau bahasa jawa jauh lebih kaya akan kosa kata.
     3. Bahasa Jawa Krama
Tingkatan tertinggi dalam bahasa jawa. Tingkatan ini mencerminkan sikap penuh sopan santun sekaligus perasaan segan terhadap lawan bicara. Pemakaian kata-kata di tingkatan ini jauh lebih halus dibanding tingkat madya apalagi ngoko.
Di sinilah alasannya kenapa saya anggap bahasa jawa itu jauh lebih santun, jauh lebih menghormati, dan jauh lebih mengenal etika.
Dan dari sekian banyak nilai-nilai positif yang terkandung dalam bahasa jawa, saya berani mengatakan bahasa jawa jauh lebih luhur, lebih agung.
Bandingkan dengan bahasa Indonesia, dalam menghormati lawan bicara hanya dibedakan pada pemakaian kata kamu, anda, saudara, tuan, dll. Kata-kata lain yang dipakai secara umum sama dengan kata-kata yang dipakai dalam bahasa sehari-hari.

Dari contoh di atas, rasanya kok aneh kalo orang jawa sampai malu menggunakan bahasanya sendiri. Kalau saya pribadi, ingin sekali bisa mengajari anak bahasa jawa se-dalam-dalamnya, karena secara tidak langsung saya sudah menanamkan nilai-nilai kesopanan, nilai-nilai kerukunan, dan etika. Dan tidak kalah penting, saya sedikit banyak sudah ikut berpartisipasi melestarikan warisan budaya yang tak ternilai harganya dan sudah selayaknya dibanggakan.
Buat apa repot-repot mengajari anak bahasa Indonesia, bukankah di sekolah nanti ada pelajaran Bahasa Indonesia? 
Memang ada juga pelajaran Bahasa Jawa (kalau masih ada), hanya saja yang saya takutkan, anak saya kurang memperhatikan. Lebih baik dari kecil dibiasakan memakai bahasa jawa. Bukankah lebih awal itu lebih baik?

Dan apakah kita masih akan merasa bangga jika kita bisa mengabaikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam bahasa jawa hanya untuk sekedar mengikuti trend?
Hanya anda yang tahu jawabannya.






{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar